JAKARTA – Pengusaha jasa pengiriman truk mengkhawatirkan ledakan volume
pengiriman barang menjelang Ramadhan hingga Lebaran tahun ini menyusul
kondisi infrastruktur transportasi yang belum menunjang aktivitas
pengiriman barang.
Direktur Operasional Lookman Djaja Kyatmaja Lookman mengatakan dalam 3 bulan belakangan jumlah pengiriman barang cenderung tidak melonjak. Jumlah pengiriman barang yang cenderung mendatar itu dikhawatirkan merupakan efek dari perhelatan politik pada April 2014.
Para pengusaha pengiriman truk (trucking), menurutnya, memilih tidak menginvestasikan dana bagi penambahan armada untuk mempersiapkan volume yang melonjak pada masa Lebaran tahun ini.
“Beberapa rekanan bahkan tidak melakukan investasi truk pada tahun ini dikarenakan adanya ketidakpastian politik menjelang pemilu, memegang aset liquid karena khawatir jika pemerintah yang akan datang tidak sesuai dengan ekspektasi bisnis,” ujarnya, Minggu (6/4).
Pada masa Ramadhan, Kyatmaja menilai akan terjadi ketimpangan antara jumlah armada dan volume barang.
Oleh karena itu, dia menyarankan para pelaku jasa pengiriman tersebut bekerjasama dengan para pemilik barang mengatur rencana pengiriman jauh hari. “Kalau bisa bulan April sudah mulai pengiriman bahan mentah, memasuki Mei sudah harus barang jadi.”
Di sisi lain, pelaku industri pun risau akan kepadatan yang melonjak menjelang Ramadhan di pelabuhan utama seperti Pelabuhan Tanjung Priok.
Pengalaman lebaran tahun lalu, imbuhnya, kepadatan pelabuhan menyebabkan terbengkalainya komoditas serta penumpukan kontainer.
Wakil Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Asmari Herry mengatakan pembenahan pelabuhan dalam menghadapi masa puasa sudah harus dilakukan. Menurutnya, penumpukan kontainer impor berakibat pada kepadatankapal bersandar di pelabuhan.
“Apalagi ada ketentuan jelang hari perayaan Lebaran, truk-truk kontainer tidak boleh keluar-masuk, jadi kontainer menumpuk, kapal-kapal pun padat,” ujarnya.
Sementara itu, Commercial Deputy Director Cardig Logistics Mahendra Rianto menilai pihaknya memiliki perngalaman pahit pada pengelolaan pelabuhan pada tahun lalu.
Dia menyebutkan pihaknya merugi sekitar Rp1 miliar pada tahun lalu hanya untuk mengeluarkan 100 boks kontainer dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Untuk memangkas waktu tunggu dari pelonjakan jumlah kontainer impor yang dating, menurutnya, pihak terkait harus duduk bersama merancang mekanisme penerapan jalur.
Direktur Operasional Lookman Djaja Kyatmaja Lookman mengatakan dalam 3 bulan belakangan jumlah pengiriman barang cenderung tidak melonjak. Jumlah pengiriman barang yang cenderung mendatar itu dikhawatirkan merupakan efek dari perhelatan politik pada April 2014.
Para pengusaha pengiriman truk (trucking), menurutnya, memilih tidak menginvestasikan dana bagi penambahan armada untuk mempersiapkan volume yang melonjak pada masa Lebaran tahun ini.
“Beberapa rekanan bahkan tidak melakukan investasi truk pada tahun ini dikarenakan adanya ketidakpastian politik menjelang pemilu, memegang aset liquid karena khawatir jika pemerintah yang akan datang tidak sesuai dengan ekspektasi bisnis,” ujarnya, Minggu (6/4).
Pada masa Ramadhan, Kyatmaja menilai akan terjadi ketimpangan antara jumlah armada dan volume barang.
Oleh karena itu, dia menyarankan para pelaku jasa pengiriman tersebut bekerjasama dengan para pemilik barang mengatur rencana pengiriman jauh hari. “Kalau bisa bulan April sudah mulai pengiriman bahan mentah, memasuki Mei sudah harus barang jadi.”
Di sisi lain, pelaku industri pun risau akan kepadatan yang melonjak menjelang Ramadhan di pelabuhan utama seperti Pelabuhan Tanjung Priok.
Pengalaman lebaran tahun lalu, imbuhnya, kepadatan pelabuhan menyebabkan terbengkalainya komoditas serta penumpukan kontainer.
Wakil Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Asmari Herry mengatakan pembenahan pelabuhan dalam menghadapi masa puasa sudah harus dilakukan. Menurutnya, penumpukan kontainer impor berakibat pada kepadatankapal bersandar di pelabuhan.
“Apalagi ada ketentuan jelang hari perayaan Lebaran, truk-truk kontainer tidak boleh keluar-masuk, jadi kontainer menumpuk, kapal-kapal pun padat,” ujarnya.
Sementara itu, Commercial Deputy Director Cardig Logistics Mahendra Rianto menilai pihaknya memiliki perngalaman pahit pada pengelolaan pelabuhan pada tahun lalu.
Dia menyebutkan pihaknya merugi sekitar Rp1 miliar pada tahun lalu hanya untuk mengeluarkan 100 boks kontainer dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Untuk memangkas waktu tunggu dari pelonjakan jumlah kontainer impor yang dating, menurutnya, pihak terkait harus duduk bersama merancang mekanisme penerapan jalur.
Bisnis Indonesia
Senin 7 April 2014
Oleh: Kahfi
Senin 7 April 2014
Oleh: Kahfi
0 komentar:
Posting Komentar