JAKARTA – Minimnya alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan
fasilitas pengamanan laut membuat wilayah bahari di perbatasan rawan pencurian.
Badan Koordinator Keamanan Laut (Bakorkamla) mengungkapkan, setidaknya ada dua
area laut yang rawan pencurian ikan. Yakni, Laut Natuna dan Selat Sulawesi.
Kepala Pelaksana Harian Bakorkamla
Laksamana Madya TNI D.A. Mamahit mengatakan, pencurian ikan berkali-kali
terjadi. Selama 1 Januari hingga 31 Oktober 2014, Bakorkamla telah mengungkap
delapan kali pencurian ikan di dua perairan tersebut. Mamahit menuturkan, dua
perairan itu berada di perbatasan negara. ’’Artinya, bisa diprediksi wilayah
laut yang rawan pencurian ikan itu memang berada di perbatasan,’’ terangnya.
Selain pencurian ikan, wilayah
perbatasan laut rawan penyelundupan barang dan manusia. Wilayah laut yang rawan
penyelundupan itu biasanya berbatasan dengan Malaysia, Thailand, dan Filipina.
’’Laut yang berbatasan dengan Papua Nugini juga ada, tapi kebanyakan hasil
hutan yang diselundupkan,’’ ujarnya.
Sesuai data Bakorkamla, selama 1
Januari hingga 31 Oktober, telah terjadi 76 kali penyelundupan barang dan
manusia. Perinciannya, 9 kali penyelundupan manusia, 31 kali penyelundupan BBM,
5 kali penyelundupan kayu, 7 kali penyelundupan narkotika, 4 kali penyelundupan
minuman keras, 2 kali penyelundupan binatang, dan 18 kali penyelundupan barang
elektronik. ’’Semua ini tentu yang terungkap. Tapi, saya kira masih ada banyak
yang tidak ketahuan,’’ tuturnya.
Sebab, sebenarnya ada beberapa kali
pencurian ikan dan penyelundupan barang yang lolos dari pengejaran. Biasanya,
kapal itu lolos karena jauhnya jarak dari kapal patroli. ’’Dengan demikian
tidak terkejar oleh kapal patroli,’’ tuturnya
Minimnya fasilitas persenjataan
pengamanan laut juga menjadi kendala. Selain TNI-AL yang alutisistanya minim,
Bakorkamla hanya memiliki tiga kapal ukuran 48 meter untuk menjaga laut
Indonesia.
Mamahit mengatakan, minimnya kapal
itu tentu saja cukup menyulitkan untuk mengoordinasi pengamanan laut. Karena
itu, telah dirancang ada penambahan tiga kapal pada 2015. Ukuran kapal yang
akan dibeli itu sama dengan kapal yang dimiliki saat ini, yakni 48 meter.
’’Sesuai program Bakorkamla, hingga lima tahun ke depan, ada 30 kapal yang akan
dimiliki,’’ jelasnya.
Selama ini upaya mengamankan laut
dengan hanya tiga kapal tetap bisa diatasi. Caranya, berkoordinasi bersama
TNI-AL yang memiliki sekitar 80 kapal militer. Kerja sama dengan Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) juga dilakukan. ’’Intinya, pengamanan laut
dilakukan bersama sehingga bisa mengatasi minimnya jumlah kapal,’’ ujarnya.
Perbaikan juga perlu dilakukan pada
sumber daya manusia (SDM). Saat ini jumlah anggota Bakorkamla hanya 400 orang.
Jumlah itu sangat tidak sebanding dengan wilayah laut yang harus dijaga, seluas
3.257.483 km2. ’’Dalam lima tahun ke depan, anggota Bakorkamla akan
menjadi 2 ribu orang. Secara gradual akan ditingkatkan,’’ ujar Mamahit.
Pencurian ikan dan penyelundupan
juga kerap kali dibantu oknum-oknum tertentu. Untuk itu, Panglima Komando
Armada RI Kawasan Barat (Pangkoarmabar) Laksamana Muda TNI Widodo memastikan
akan bertindak tegas jika ada anggotanya yang terlibat dalam pencurian ikan dan
penyelundupan. ’’Kalau terbukti, tentu bisa dilakukan pemecatan,’’ katanya. (idr/c17/sof)
0 komentar:
Posting Komentar