Text Widget

Contact us

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

PT. Eureka Logistics. Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 25 Mei 2015

Tagged under:

TAJUK BISNIS INDONESIA: Urgensi Peleburan BUMN Kemaritiman

Pekan lalu Presiden Joko Widodo melontarkan ide untuk menggabungkan sejumlah perusahaan milik negara yang bergerak di bidang logistik ke dalam sebuah holding perusahaan baru.

Pembentukan holding ini dimaksudkan untuk menekan biaya logistik nasional yang dianggap terlalu tinggi.

Sejumlah BUMN yang akan dilebur ini terdiri dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) I hingga IV, PT PAL (Persero) serta PT Dok dan Perkapalan (Persero). Semuanya merupakan BUMN yang bergerak di industri kemaritiman, yang mendukung realisasi konsep tol laut yang dicanangkan oleh pemerintah saat ini.

Mengutip pernyataan Presiden Jokowi, upaya peleburan sejumlah BUMN itu terus dikaji positif negatifnya dan sedang dikaji sejumlah opsi untuk membuat sistem logistik maritim menjadi kian terintegrasi atau satu atap.

Integrasi sistem secara nasional bagi seluruh pelabuhan di Indonesia dapat menurunkan biaya logistik hingga 30%-50%. Artinya, produk
dalam negeri akan lebih murah dan daya saing barang ekspor akan meningkat.

Lebih jauh, bila daya saing meningkat eksportir asal Indonesia tentu dapat bersaing dengan produk-produk dari negara lain. Persaingan di pasar internasional juga bakal berdampak positif pada perekonomian di dalam negeri.

Itulah mengapa integrasi sistem logistik maritim menjadi hal krusial yang harus segera diwujudkan. Saat ini pemerintah telah melebur BUMN logistik melalui sistem virtual.
Pelindo I, II, III, dan IV, telah digabungkan ke dalam satu holding virtual yang nantinya akan ditingkatkan menjadi holding logistik terintegrasi
secara nyata.

Holding virtual ini yang dikenal dengan nama Indonesia Port Net—yang diinisiasi oleh Pelindo II—yang merupakan portal elektronik yang memungkinkan terjadinya pertukaran data dan informasi pada layanan kepelabuhanan di empat pelabuhan—Priok Jakarta, Tanjung Perak Surabaya, Makassar dan Belawan.

Lewat sistem tersebut jadwal kedatangan kapal, kapal berlayar, aktivitas di dermaga, waktu bersandar, dan jumlah truk bongkar muat dapat diketahui secara real time. Artinya, lalu-lintas barang bisa lebih cepat dan efisien.

Kita belum tahu secara pasti bagaimana implementasi Indonesia Port Net ini. Tahun lalu baru siap di pelabuhan Tanjung Priok, dan ditargetkan beroperasi di tiga pelabuhan lain pada Agustus 2015.

Tentu kita menyambut baik, bila saat ini ternyata sistem tersebut sudah beroperasi. Atau setidaknya pada Agustus mendatang sudah jalan.

Rasanya kita tidak perlu berharap terlalu berlebihan bahwa Indonesia Port Net ini bisa dijalankan di seluruh pelabuhan di negara ini. Setidaknya, bila sudah beroperasi di empat pelabuhan utama di Indonesia saja, maka persoalan lamanya rata-rata waktu tinggal kontainer (dwelling time) yang selama ini menghantui sistem logistik nasional bisa ditekan cukup signifikan.

Harian ini pernah menulis persoalan dwelling time di pelabuhan Indonesia. Sekitar awal tahun ini, rata-rata dwelling time di Tanjung Priok berkisar 5,3 hari. Pencapaian dwelling time 5,3 hari ini memang merupakan langkah maju ketimbang yang terjadi pada tahun sebelumnya. Namun bila dibandingkan dengan pelabuhan lain di kawasan Asia Tenggara, kita tetap masih tertinggal. Singapura misalnya, masa tunggu bongkar kontainer di sana berkisar 1 hari.

Oleh karena itu wajar bila karena proses bongkar muat di pelabuhan Indonesia yang lama ini mengakibatkan Indeks Kinerja Logistik negara ini masih sangat rendah. Berdasarkan Indeks Kinerja Logistik Bank Dunia 2012, Indonesia berada pada posisi ke-59 dari 115 negara di dunia.

Posisi ini memang naik dari tahun 2010 yang berada pada urutan 75, namun masih tetap di bawah Singapura, bahkan Malaysia, Thailand, Philipina dan Vietnam. Artinya, terendah di antara negara-negara di Asia Tenggara.

Kita tidak bisa membiarkan hal seperti itu terjadi terus menerus karena terlalu besar harga yang harus dibayar akibat mahalnya biaya logistik nasional.

Di sinilah arti penting rencana Presiden untuk meleburkan sejumlah BUMN logistik itu dalam sebuah holding, baik dalam arti sesungguhnya dalam sebuah kendali perusahaan induk, maupun holding secara virtual dengan mengimplementasikan Indonesian Port Net.

Bila hal ini dapat diwujudkan, impian tol laut itu yang dapat menghubungkan berbagai wilayah di negara kepulauan ini dengan murah pun menjadi kenyataan.

Sumber : Bisnis.com

0 komentar:

Posting Komentar