Oleh : Eddy Cahyono, Asisten SKP Bidang Ekonomi dan
Pembangunan
Jumat, 21 Maret 2014 - 09:24 WIB
Jelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015
mendatang, pengembangan Sistem Logistik Nasional (Sislognas)
tampaknya menjadi pekerjaan besar yang perlu dijadikan prioritas kita bersama,
dalam mendukung keberlanjutan berbagai pengembangan Sislognas di
tanah air.
Kontinuitas pengembangan Sislognas, utamanya infrastruktur
diyakini memiliki nilai strategis dalam
memenangkan persaingan ekonomi kawasan, sebagai konsekuensi integrasi ekonomi ,
sekaligus menjadi faktor determinan dalam peningkatan daya saing
ekonomi Indonesia.
Hasil survei Indeks Kinerja Logistik (Logistic
Performance Index) yang diselenggarakan Bank Dunia 2012, menunjukkan
kinerja logistik Indonesia perlu terus ditingkatkan performancenya, Indonesia
masih berada di peringkat ke-75 dari 155 negara yang disurvei, di bawah negara
tetangga seperti Singapura (2), Malaysia (29), Thailand (35), Filipina (44),
dan Vietnam (53).
Meskipun
bila dibandingkan dengan kinerja LPI Indonesia 2010,
sesungguhnya pada tahun 2012 LPI Indonesia telah menunjukkan perkembangan
yang cukup menggembirakan, terlihat dengan adanya perbaikan peringkat
dari (75) menjadi (59), sebagaimana tercermin pada tabel
berikut:

Dari data yang ada perbaikan kinerja infrastruktur dan
kepabeanan seyogyanya menjadi skala prioritas untuk dapat terus kita dukung
guna menaikkan peringkat LPI Indonesia, dengan menjamin kontinuitas
berbagai pengembangan infrastruktur pelabuhan di Indonesia.
Peningkatan kinerja infrastuktur dan kepabeanan akan menjadi
penentu bagi keberhasilan kita dalam memenangkan persaingan ekonomi dengan
negara-negara tetangga pada saat pemberlakuan MEA 2015.
Peningkatan kinerja infrastruktur dan kepabeanan juga akan
berkonstribusi dalam mendukung pengembangan Sislognas yang efisien dalam
menyingkronkan dan menyelaraskan kemajuan antar sektor
ekonomi dan antar wilayah serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang
inklusif, sekaligus menjadi benteng bagi kedaulatan dan ketahanan ekonomi
nasional (national economic authority and
security).
Pengembangan Sislognas
Pembangunan
sistem logistik nasional telah ditetapkan menjadi kebijakan nasional
melalui Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru
Pengembangan Sistem Logistik Nasional.
Cetak
biru ini merupakan kebijakan yang akan menjadi acuan
bagi Menteri, Pimpinan Lembaga Non Kementerian, Gubernur, dan Bupati/Walikota
dalam rangka penyusunan kebijakan dan rencana kerja yang terkait dengan
pengembangan Sislognas.
Sislognas
merupakan tulang punggung pengembangan sektor ekonomi nasional, terutama
dalam menjamin kegiatan utama logistik terkait dengan pengadaan,
penyimpanan, persediaan, pengangkutan, pergudangan, pengemasan, keamanan, dan
penanganan barang dan jasa baik dalam bentuk bahan baku, barang antara, dan
barang jadi.
Dalam
menghadapi pemberlakuan MEA 2015 tidak ada pilihan lain selain kita perlu
bersatupadu dalam terus meningkatkan pengembangan dan pengelolaan logistik
secara nasional, guna meningkatkan daya saing kita mengingat masih
tingginya biaya logistik nasional yang mencapai 27% dari Produk Domestik
Bruto (PDB).
Selain
itu juga kita masih perlu kerja keras dalam meningkatkan kualitas pelayanan,
yang masih menghadapi beberapa tantangan ditandai dengan masih rendahnya
tingkat penyediaan infrastruktur baik kuantitas maupun kualitas.
Dari
sisi pelayanan kita menghadapi masalah pada masih tingginya waktu pelayanan
ekspor-impor dan adanya hambatan operasional pelayanan di pelabuhan, masih
terjadinya kelangkaan stok dan fluktuasi harga, kebutuhan bahan pokok
masyarakat, terutama pada hari-hari besar nasional dan keagamaan.
Masih
tingginya disparitas harga pada daerah perbatasan, terpencil dan terluar
menjadi tantangan tersendiri yang perlu kita sikapi, contoh nyata terlihat dari
tingginya disparitas harga semen dan BBM di wilayah Papua
dibandingkan dengan Jawa.
Berbagai
tantangan tersebut di atas akan dapat dieliminasi dengan melakukan langkah
terobosan dalam terus mengupayakan keberlanjutan percepatan
peningkatan infrastruktur transportasi, untuk membangun konektivitas domestik (domestic connectivity) baik konektivitas
lokal (local connectivity) maupun
konektivitas nasional (national connectivity)
dan konektivitas global (global
connectivity).
Perbaikan
infrastruktur transportasi laut akan memainkan peran dalam memenangkan
persaingan ekonomi di era pemberlakuan MEA 2015, mengingat hasil survei
UNTACD, yang menempatkan kontribusi strategis moda transportasi laut dalam
perdagangan dunia yang mencapai 77%, sedangkan moda transportasi udara
sebesar 0,3%, transportasi darat sebesar 16%, perpipaan 6,7%.
Merajut Pendulum Nusantara dan
Sabuk Nusantara
Pengembangan sistem yang mampu menjamin berlangsungnya suatu
proses pergerakan atau distribusi barang baik material maupun produk jadi dari
satu tempat ke tempat lain dengan baik, dapat menjadi entry point dalam
mendukung proses pengelolaan rantai suplai (supply chain management)
berskala nasional.
Kita patut bersyukur pada tahun 2014 pemerintah
mengalokasikan anggaran infrastruktur
sebesar Rp 188,7 triliun untuk program pembangunan 2014, Angka tersebut
naik Rp 4,4 triliun dari APBN perubahan 2013 yang hanya Rp 184,3 triliun.
Dengan dana sebesar itu direncanakan keberlanjutan program dan
kebijakan pengembangan infrastruktur dapat terus ditingkatkan di tahun
2014 dengan meningkatkan kapasitas jalan yang ada sepanjang 4.278 km,
menambah jalan baru sepanjang 559 km, dan membangun jalur kereta api sepanjang
380 km. Di samping itu juga akan dilakukan perbaikan terhadap 120
pelabuhan udara dan menambah 15 pelabuhan udara baru serta dibangun 61
pelabuhan kapal laut.
Komitmen pemerintah dalam mengembangkan berbagai infrastuktur yang
mendukung pengembangan Sislognas diharapkan dapat menjamin berlangsungnya suatu
proses pergerakan atau distribusi barang baik material maupun produk jadi dari
satu tempat ke tempat lain. Perwujudan Sislognas sekaligus mendukung proses
pengelolaan rantai suplai (supply chain management) berskala nasional
dan semakin memantapkan kesiapan kita menyongsong MEA 2015.
Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan sumber daya
alam yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, peningkatan sarana
infrastruktur yang mendukung Sislognas sangat diperlukan, tanpa sarana
infrastruktur yang baik, mustahil akan dapat menghasilkan produk-produk
yang kompetitif, berkualitas, dan mudah dijangkau.
Pemerintah telah mengembangkan Konsep Pendulum Nusantara
sebagai jawaban atas keprihatinan biaya logistik nasional yang cukup
tinggi, Pendulum Nusantara nantinya diharapkan dapat menjadi penghubung
antara wilayah Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian Timur dengan
pelabuhan sebagai pintu gerbangnya.
Secara bertahap juga telah dipersiapkan enam pelabuhan
untuk mendukung konsep tersebut, meliputi Pelabuhan Belawan Medan, Pelabuhan
Batu Ampar Batam, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan
Makassar, dan Pelabuhan Sorong, diharapkan dengan konsep Pendulum Nusantara
dapat meningkatkan kontribusi perdagangan domestik sekaligus pemerataan
pembangunan di Indonesia.
Pendulum Nusantara tidak
hanya berhenti pada sistem angkutan, melainkan modernisasi pelabuhan. Beberapa
tahap yang harus dilakukan untuk modernisasi pelabuhan, antara lain
memperdalam dermaga, memperbaiki alur dan rute, serta meningkatkan angkutan
kargo.
Penataan tersebut mulai dapat
dirasakan hasilnya seperti yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok,
dewasa ini telah mampu menangani 7,2 juta kontainer (TEU, Twenty Feet Equivalent
Unit). Jumlah tersebut sekitar dua kali lipat dibandingkan pada 2008 yang baru
mencapai 3,6 juta TEU. Dari kapasitas sebesar itu, mengembangkan pelabuhan
mendatang diharapkan akan mampu menangani 20 juta kontainer per tahunnya. Ini
berarti, khusus untuk pelabuhan yang baru, akan mampu menangani 13 juta
kontainer per tahun.
Bahkan dengan upaya
optimalisasi,kapasitas sebesar itu akan bisa dilampaui lagi. Pelabuhan Tanjung
Priok, yang dewasa ini sudah berumur 130 tahun,ternyata akan diperbesar dengan
kapasitas yang jauh lebih besar. Bahkan peningkatannya mencapai sekitar dua
kali lipat, ini jelas merupakan lompatan besar bagi pelabuhan utama Indonesia
tersebut.
Ini berarti langkah yang
ditempuh saat ini sudah memberikan penghematan besar kepada pengguna jasa
pengiriman barang (misalnya untuk ekspor) karena saat ini tidak lagi diperlukan
transit di Pelabuhan Singapura, Pelabuhan Klang ataupun Tanjung Pelepas di
Malaysia, jika dahulu 80% barang ekspor kita harus melalui transit di beberapa
pelabuhan tersebut, dewasa ini sudah kurang dari 20% yang memerlukan
transshipment.
Guna
memperkuat konektivitas domestik khususnya penyeberangan, pemerintah telah
membangun sarana dan prasarana sebagai perekat antar pulau di Indonesia atau
diistilahkan sabuk-sabuk Nusantara.
Sabuk
Nusantara, berfungsi sebagai perekat antara Indonesia wilayah timur ke barat
atau utara ke selatan, Sabuk Nusantara yang terdiri atas Sabuk Utara Nusantara,
Sabuk Tengah Nusantara dan Sabuk Selatan Nusantara itu merupakan kombinasi
jaringan jalan nasional dan pelabuhan penyeberangan.
Dengan
demikian, penyeberangan berfungsi sebagai 'jembatan bergerak' yang
menghubungkan wilayah di Indonesia yang banyak terpisah oleh sungai, danau,
selat atau laut.
Kita patut mengapresiasi kerja keras dari semua pemangku
kepentingan dalam meningkatkan konektivitas ekonomi, ditandai dengan telah
selesainya Sabuk Selatan Nusantara yang menghubungkan Sabang sampai Merauke
pada Desember 2013 lalu.
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, Sabuk Selatan
Nusantara menghubungkan 16 pulau mulai dari Pulau We (Sabang), Sumatera, Jawa,
Bali, NTB, NTT, hingga Papua. Lintasan jalannya sepanjang 5.330 kilometer dan
1.600 jalur laut. Jalur ini melayani 115 kapal feri pada 11 lintas
penyeberangan di seluruh Indonesia.
Lintas penyebrangannya meliputi Balohan - Uleu Lheu, Merak - Bakauheni, Ketapang - Gilimanuk, Padang Bai - Lembar, Kayangan - Pototano, Sape - Labuan Bajo, Larantuka - Lewoleba, Kalabahi - Ilwaki, Kisar - Tepa, Saumlaki -Tual, Dobo - Pomako - Merauke.
Lintas penyebrangannya meliputi Balohan - Uleu Lheu, Merak - Bakauheni, Ketapang - Gilimanuk, Padang Bai - Lembar, Kayangan - Pototano, Sape - Labuan Bajo, Larantuka - Lewoleba, Kalabahi - Ilwaki, Kisar - Tepa, Saumlaki -Tual, Dobo - Pomako - Merauke.
Diharapkan proyeksi penyelsaian Sabuk Tengah Nusantara, yang
akan rampung pada April 2014, dan Sabuk Utara Nusantara yang akan kelar
pada tahun 2015 mendatang dapat mencapai target waktu yang ditetapkan, sehingga
semakin memperlancar konektivitas antar wilayah dan membantu bergeraknya
pemerataan ekonomi wilayah.
Jelang pemberlakuan MEA 2015 mendatang, kita tentunya
berharap pemerintah dan pelaku ekonomi dapat terus meningkatkan kesiapan
diri dan membangun sinergitas dalam memasuki persaingan ekonomi yang
semakin tajam, dan dalam menjamin kontinuitas peningkatan konektivitas dan
pengembangan Sislognas yang kondusif untuk menaikkan daya saing ekonomi
Indonesia. Semoga
0 komentar:
Posting Komentar